Produk ini bernama “Mitra Cerdas”. Mitra Cerdas adalah
tabungan pendidikan+investasi, bonus asuransi. Konsep dari tabungan mitra
cerdas adalah tabungan yang dananya bisa diambil secara bertahap saat anak akan
naik ke jenjang pendidikan; dimulai dari masuk TK,SD, SMP, SMA, sampai Perguruan
Tinggi. Preminya bisa dibayarkan setiap tahun, semesteran, atau triwulan.
Contohnya seperti di bawah ini.
Pak Diky berusia 30 tahun. Beliau mempunyai
anak berusia 2 tahun. Pak Diky tertarik dengan produk tabungan Mitra Cerdas
dari Bumiputera. Setelah mengkalkulasi pengeluaran berdasarkan gaji pak Diky
dan istrinya, akhirnya beliau mengambil mitra cerdas dengan uang pertanggungan
(UP) sebesar Rp 25 juta. Maka dari itu, beliau membayar premi tahunan sebesar
Rp.3.040.000,- selama 16 tahun. Pada akhir tahun ke 4, pak Diky akan menerima
dana tahapan sebesar Rp.6.250.000,00, untuk biaya anaknya masuk SD. Pada akhir
tahun 10, pak Diky kembali menerima dana tahapan sebesar Rp.6.250.000,00, untuk
biaya anaknya masuk SMP. Pada akhir tahun ke 13, pak Diky kembali menerima dana
tahapan sebesar Rp.6.250.000,00 untuk biaya anaknya masuk SMA. Kemudian yang
terakhir, pada saat habis masa kontrak, yaitu akhir tahun ke 16, Pak Diky
kembali menerima dana tahapan belajar sebesar Rp.31.250.000,00 untuk biaya
anaknya masuk kuliah di perguruan tinggi. Selain itu, Pak Diky akan
mendapatkan selisih hasil investasi sebesar kurang lebih Rp.8.789.551,00 (Mitra
Cerdas adalah produk tabungan+investasi, bonus asuransi).
Pak Diky boleh tidak mengambil dana tahapan pada akhir
tahun ke 4, 10, 13. Beliau boleh mengambilnya sekaligus pada akhir tahun ke 16
saat habis kontrak, sebesar Rp.71.151.832,00. Perinciannya, Rp.50.000.000,00
(pasti) adalah akumulasi dana tahapan pada akhir tahun ke 4, 10, 13, & 16.
Sedangkan kurang lebih Rp.21.151.832,00, adalah hasil investasi (lebih besar
karena dana tahapan tidak diambil. Semua diinvestasikan).
Dari penjelasan saya di atas, timbul pertanyaan.
Dimanakah payung asuransinya? Bukankah Mitra Cerdas adalah produk tabungan,
investasi, dan asuransi? Baik. Membeli asuransi itu ibarat membeli tabung
pemadam kebakaran. Kita butuh, namun berharap tidak menggunakannya. Kita berdoa
semoga kita selalu sehat dan berumur panjang. Amiin. Namun, ada situasi lain di
sebuah keluarga. Saya ambil contoh Bapak X.
Bapak X berusia sama dengan Pak Diky. Memiliki anak dengan usia sama dengan
anak Pak Diky. Membeli produk Mitra Cerdas dengan penjelasan sama dengan
penjelasan di atas. Namun suatu ketika Allah berkehendak lain. Pak X meninggal
dunia ketika memasuki tahun ke 3. Maka, AJB Bumiputera akan memberikan uang
pertanggungan (UP) sebesar 25 juta kepada ahli waris Pak X yang ditunjuk. Ahli
waris juga akan mendapatkan dana hasil investasi pada akhir tahun ke 3 sebesar
kurang lebih Rp.6.770.815,00. Selain itu, karena Pak X adalah tertanggung yang
mengalihkan resikonya pada Bumiputera jika terjadi meninggal, maka Bumiputera
tetap membayarkan dana tahapan di tahun ke 4, 10, 13, 16, total sebesar
Rp.50.000.000,00, secara bertahap (diberikan pada akhir tahun ke 4, 10, 13, 16)
kepada anak Bapak X, tanpa melanjutkan pembayaran premi tahunan lagi. Kenapa
keluarga Pak X tidak perlu melanjutkan pembayaran premi tahunan lagi? Karena
tertanggung, pencari nafkah utama pada keluarga, yaitu Pak X, telah meninggal.
Peran Bumiputera adalah mengganti peran tertanggung, sebagai pemberi nafkah
untuk biaya pendidikan sang anak.
Keterangan:
1. Besarnya
premi tahunan dihitung berdasarkan pada jumlah uang pertanggungan (UP) dan usia
tertanggung beserta usia anak dalam tabel mortalita.
2. Semakin
muda usia tertanggung, semakin murah preminya.
3. Uang
pertanggungan (UP) pada contoh di atas adalah UP minimal (25 juta). UP bisa
dinaikan menjadi 50 juta sampai 100 juta. tentu saja, preminya pun bertambah
besar.